Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Ahmad Haikal Hasan, mengungkapkan keyakinannya bahwa industri halal memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen seperti yang telah dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Pernyataan ini disampaikannya saat meresmikan Asy-Syafi'iyah Halal Center (AHC) di Universitas Islam Asy-Syafi'iyah, Jakarta Timur, pada Rabu (8/1/2025).
"Dengan besarnya potensi ekosistem halal yang dimiliki Indonesia, saya optimistis sektor ini dapat memainkan peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada tahun 2028-2029," ujar Ahmad Haikal Hasan.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menjelaskan bahwa berdasarkan Indonesia Halal Markets Report 2021/2022, industri halal mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yakni sekitar USD 5,1 miliar atau setara Rp72,9 triliun per tahun melalui peluang ekspor dan investasi. Indonesia sendiri dikenal sebagai pasar konsumen halal terbesar di dunia, dengan populasi Muslim mencapai 230 juta jiwa.
Ahmad Haikal, yang akrab disapa Babe Haikal, menambahkan bahwa BPJPH terus memperkuat ekosistem industri halal melalui program wajib sertifikasi halal yang mencakup seluruh rantai produksi, mulai dari hulu hingga hilir. Beberapa langkah strategis yang telah dilakukan meliputi penguatan regulasi, edukasi, sosialisasi, fasilitasi, inovasi teknologi informasi, digitalisasi, serta sinergi dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan terkait.
"Kini banyak produk usaha mikro dan kecil (UMK) yang berhasil menembus pasar ekspor setelah mendapatkan sertifikasi halal. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014, di mana sertifikasi halal tidak hanya memberikan perlindungan bagi konsumen, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi bagi pelaku usaha," jelas Babe Haikal.
Berdasarkan data terkini, Indonesia mencatatkan ekspor produk halal senilai USD 41,42 miliar atau sekitar Rp673,90 triliun selama Januari hingga Oktober 2024. Pada periode yang sama, surplus neraca perdagangan produk halal Indonesia mencapai USD 29,09 miliar.
Menurut Babe Haikal, penguatan ekosistem industri halal juga akan meningkatkan peran Indonesia di kancah ekonomi halal global. Permintaan yang terus meningkat terhadap produk dan layanan halal, ditambah dengan posisi strategis Indonesia, menciptakan peluang besar untuk pertumbuhan pesat sektor ini.
Dalam peresmian Asy-Syafi'iyah Halal Center, ia memberikan apresiasi kepada Universitas Islam Asy-Syafi'iyah atas kontribusinya dalam memperkuat ekosistem halal.
"Universitas Islam Asy-Syafi'iyah adalah salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia dengan dukungan organisasi besar seperti Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) yang memiliki lebih dari satu juta anggota. Jika mereka dilibatkan sebagai Pendamping Proses Produk Halal (PPH), ekosistem halal kita akan semakin berkembang pesat," ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa tahun 2025 menjadi momen penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto.
Dalam acara tersebut, BPJPH bersama Universitas Islam Asy-Syafi'iyah menandatangani kerja sama strategis untuk mengembangkan edukasi, literasi, publikasi, dan pengabdian masyarakat di bidang jaminan produk halal.
Sementara itu, Dewan Pembina Asy-Syafi'iyah Halal Center, Dailami Firdaus, menyampaikan dukungannya terhadap inisiatif pemerintah dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas di bidang halal.
"Kami berkomitmen membantu pemerintah mencetak SDM yang kompeten untuk mendukung visi besar Indonesia sebagai pusat halal dunia," ujar Dailami Firdaus, cucu dari ulama besar KH Abdullah Syafi’i.
Ia berharap kehadiran Asy-Syafi'iyah Halal Center dapat memperkuat kolaborasi dalam membangun ekosistem industri halal yang kokoh, sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional dan mewujudkan Indonesia sebagai pusat halal dunia.